Rabu, 19 Mei 2010

Memahami perbedaan antara Learning dan Studying

Seringkali kita mengindentikkan belajar dengan sekolah. Karenanya setelah sekolah selesai maka selesai jugalah proses belajar.
Padahal belajar adalah proses menyerap ilmu dari mana saja.
Dalam bahasa Inggris kata belajar bisa diungkapkan dengan study atau learn. Apa bedanya?
Silahkan simak kutipan dari buku NO Excuse hlm 256 di bawah ini.


"You learn something every day if you pay attention."
Kamu belajar sesuatu setiap hari jika melihat lebih jeli.
Ray LeBlond, Penulis

“Seeing much, suffering much, and studying much
are the three pillars of learning.”
Banyak melihat, banyak menderita dan banyak belajar
adalah tiga pilar utama pembelajaran.
Benjamin Disraeli, Mantan PM Inggris dan Novelis

"When you stop learning, stop listening, stop looking and asking questions, always new questions, then it is time to die."
Ketika kamu berhenti belajar, berhenti mendengar, berhenti melihat dan berhenti bertanya, itu saatnya untuk mati.
Lillian Smith, Penulis Amerika

Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang bisa dipakai untuk kata belajar yaitu "learn" dan "study".
Learn adalah bentuk belajar dari pengalaman kehidupan bukan sekedar dari buku atau text book. Learner bisa diterjemahkan sebagai pembelajar, atau orang yang bisa mengambil hikmah atau intisari suatu keadaan, kejadian atau peristiwa. Pembelajar adalah orang yang bisa melihat hal-hal yang tertulis dan yang tidak tertulis (tersirat).
Sedangkan study adalah kegiatan belajar dari buku atau dari guru di kelas atau di sekolah. Student bisa diterjemahkan sebagai pelajar, dan biasanya hanya melihat yang tertulis atau tersurat.
Orang sukses adalah orang yang selalu menempatkan dirinya sebagai pembelajar, mereka tidak pernah berhenti belajar dari kehidupan. Mereka mungkin berhenti sebagai pelajar, tapi mereka tetap menjadikan dirinya sebagai pembelajar.

Minggu, 09 Mei 2010

4 Ways To Make Money

What are the best ways to make money?

If you answered, “a job”, then you have been brainwashed like most Americans into believe that working for a company is the best way to make money. It is absolutely NOT one of the best ways to make money. Why not?

Most jobs have the following problems:

1. The time trap. You are trading your time for money. Even if you are a salaried employee, you are accepting a salary for a set number of hours that you will work each week. If you don’t work, you don’t get paid. Most companies want you to work the most amount of time for the least money and you want to work the least amount of time for the most money. The job game is a lose-lose game.

2. No passive income. If you stop working for any period of time, you stop receiving paychecks. Your money doesn’t work for you.

3. No intellectual capital. If you are an employee, your company owns your intellectual capital. It’s like your company owns your brain. You cannot sell or share your ideas and earn money.

4. No control. You have no control over your work life and therefore your life. You cannot choose where you work, when you work, or who you work with. Most companies require a lot of “face time”. Even if you could get your work done in 4 hours each day, you usually need to spend 8-10 hours onsite to prove that you are a “loyal employee”. You have no control over most of the decisions that are being made at your company. Bad decisions made by others could put your company out of business and then you get “downsized” or “rightsized” or simply laid-off.

5. No leverage. Entertainers and professional athletes make lots and lots of money because they have leverage. Millions of people watch them. They can make one movie or play one game a week and make buckets of money because they are reaching a huge audience with a few hours of their time. In a job, your efforts reach a limited audience. You cannot give a speech to your department and record it and then turn it into a teleclass that you sell over and over again on your website. You have no leverage.

So, what are some better ways to make money without going to a job?

1. Start a business. Yes, lots of businesses fail. But small businesses are the engine of growth in this country. It took Bill Gates 10 years to become a billionaire with Microsoft. It took Michael Dell 5 years to become a billionaire with Dell. What you need is a solid plan and then the courage to execute the plan and the discipline to market your products or services consistently. There has never been a better time to get rich by starting a company. What are your goals? When do you want to achieve those goals?

If you want to start a business quickly and don’t have the necessary business fundamentals or want a pre-designed, proven system, then look into joining a network marketing company. If you can find a product you love, a company with a proven marketing system and a management with integrity, you can develop a great passive income stream.

Do your own research and see if it makes sense for you to start your company from ground zero or join a network marketing company. There are lots of good network marketing companies to choose from. (There are also lots that aren’t such good bets.)

2. Real Estate. Isn’t this risky? There are no risky real estate investments, only risky investors. You can minimize risk through education and experience.

Don’t you need money to get into real estate investing? For most commercial real estate deals, yes. But you can succeed with no-money down investing in the residential arena. In fact, it may be better to start out investing with no money of your own because you will only do great deals. You will not waste any of your money chasing marginal deals.

Land is in limited supply, especially near the oceans. Land will almost always increase in value. There may be some small “corrections” in the short term, but if you invest in the right areas, chances are they will appreciate. Plus, you can learn to make money in up and down markets.

3. Investing in other companies. Many people put their money in a mutual fund or index fun and are happy with 5-10% appreciation each year. But, there are other ways to invest. Investigate individual stocks. What products and services do you love so much that you tell other people about them? Remember, you make a profit when you buy not when you sell. It is impossible to know what the future holds. Do your homework. Find stocks that are bargains today.

4. Selling your intellectual capital. Another good way to make money is to develop products and services around your ideas. These could include books, tapes and CDs, workshops, videos, etc. This is a great way to create passive income streams.

My purpose here is not to give you a roadmap for becoming a CEO or a successful investor but to open your mind to the possibilities. There are so many great opportunities. If you are staying in a job that you hate because you think it is the best way to make money, then, think again.

Senin, 03 Mei 2010

SUKSES DENGAN MODAL KECIL

Apakah Mandra mempunyai peralatan film ketika mulai mendirikan Production House nya? Tidak ia meminjam kepada Rano Karno. Banyak dari kita yang mengeluh tidak punya modal ketika memulai usaha. Padahal Mandra yang sekarang mempunyai usaha Production House yang sukses memulainya dengan meminjam.

Apakah H. Suganda –seorang pengusaha krupuk yang sukses- mempunyai modal besar ketika memulai usahanya? Tidak! Ia memulai dengan modal seadanya dan pabriknya pun berada di rumahnya yang sempit dan masih ngontrak.

Berapa modal Haji Masagung seorang pengusaha sukses pendiri jaringan toko buku Gunung Agung? 50 sen! Ya memang 50 sen pada saat itu tahun 1940 tidak bisa dibandingkan dengan sekarang. Tapi tetap saja bisnis yang bisa dimulai saat itu adalah pedagang rokok asongan dengan modal 50 sen.

Jadi dengan modal kecil seseorang bisa sukses. Bahkan dengan modal meminjam.
Jadi tidak bisa “tidak punya modal” dijadikan alasan untuk tidak sukses

Minggu, 02 Mei 2010

kriteria calon istri


Para ulama menyebutkan beberapa kriteria dalam memilih calon istri, yang mana kriteria ini juga berlaku bagi wanita yang mencari calon suami. Berikut beberapa perkara yang harus diperhatikan dalam masalah ini:
a. Kesalehan. Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah wanita yang bagus agamanya”.
Karenanya, hendaknya dia memilih wanita yang taat kepada Allah dan bisa menjaga dirinya dan harta suaminya baik ketika suaminya hadir maupun tidak. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda tatkala beliau ditanya tentang wanita yang paling baik:
“Wanita yang taat jika disuruh, menyenangkan jika dilihat, serta yang menjaga dirinya dan harta suaminya”. (HR. Ahmad: 4/341)
Bahkan Allah -Ta’ala- berfirman:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. An-Nisa`: 34)
Kata qonitat, Sufyan Ats-Tsaury -rahimahullah- berkata tentangnya, “Yakni wanita-wanita yang mentaati Allah dan mentaati suami-suami mereka”. (Riwayat Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 5/38 dengan sanad yang shahih)
Dan Imam Qotadah bin Di’amah berkata menafsirkan “hafizhotun …”, “Wanita-wanita yang menjaga hak-hak Allah yang Allah bebankan atas mereka serta wanita-wanita yang menjaga (dirinya) ketika suaminya tidak ada di sisinya”.(Riwayat Ibnu Jarir: 5/39 dengan sanad yang shahih)

Karenanya pula dilarang menikah dengan orang yang yang tidak menjaga kehormatannya, yang jika pasangannya tidak ada di sisinya dia tidak bisa menjaga kehormatannya, semacam pezina (lelaki dan wanita) atau wanita yang memiliki PIL (pria idaman lain) dan sebaliknya. Imam Al-Hasan Al-Bashry -rahimahullah- berkata:
“Tidak halal bagi seorang muslim (untuk menikahi) al-musafahah (pezina) dan dzati khadanin (PIL/TTM).” (Riwayat Said bin Manshur dalam Sunannya: 5/8 dengan sanad yang shahih)
Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash -radhiallahu ‘anhuma- berkata:
“Sesungguhnya Abu Martsad Al-Ghanawy -radhiallahu ‘anhu- datang menemui Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- meminta izin kepada beliau untuk menikahi seorang wanita pezina yang dulunya wanita itu adalah temannya saat jahiliyah yang bernama ‘Anaq. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- diam lalu turunlah firman Allah -Ta’ala-, “Pezina wanita, tidak ada yang boleh menikahinya kecuali pezina laki-laki atau musyrik laki-laki.” (QS. An-Nur: 3). Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- memanggilnya lalu membacakan ayat itu kepadanya dan beliau bersabda, “Jangan kamu nikahi dia”. (HR. Imam Empat kecuali Ibnu Majah dengan sanad yang hasan)
Demikian pula dibenci menikahi orang yang fasik atau ahli bid’ah, berdasarkan keumuman sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadits Abu Hurairah di atas.

b. Subur lagi penyayang, karenanya dibenci menikah dengan lelaki atau wanita yang mandul. Dari hadits Ma’qil bin Yasar -radhiallahu ‘anhu-, beliau berkata:
“Pernah datang seorang lelaki kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- lalu berkata, “Saya menyenangi seorang wanita yang memiliki keturunan yang baik lagi cantik hanya saja dia tidak melahirkan (mandul), apakah saya boleh menikahinya?”, beliau menjawab, “Tidak boleh”. Kemudian orang ini datang untuk kedua kalinya kepada beliau (menanyakan soal yang sama) maka beliau melarangnya. Kemudian dia datang untuk ketiga kalinya, maka beliau bersabda, “Nikahilah wanita-wanita yang penyayang lagi subur, karena sesungguhnya saya berbangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat”. (HR. Abu Daud no. 2050 dan An-Nasai: 6/65)
An-Nasa`i -rahimahullah- memberikan judul bab untuk hadits ini dengan ucapannya, “Bab: Makruhnya menikahi orang yang mandul”.

c. Masih perawan. Hal ini berdasarkan Jabir bin ‘Abdillah -radhiallahu ‘anhu- bahwasanya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bertanya kepadanya, “Wanita apa yang kamu nikahi?”, maka dia menjawab, “Saya menikahi seorang janda”, maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Tidakkah kamu menikahi wanita yang perawan?! Yang kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu?!” (HR. Al-Bukhari: 3/240 dan Muslim no. 2/1078)

Percaya Takhayul

Tiga pria duduk berdampingan menunggu kelahiran anak mereka masing-masing.
Dari salah satu ruang bersalin, seorang dokter keluar dan berkata pada pria pertama,
"Anak Bapak lahir kembar!"
"Wah luar biasa, saya bekerja di PT Dua Kelinci dan anak saya lahir dua!" seru pria pertama.
Tak lama kemudian keluar dokter dari ruang persalinan lain dan berkata pada pria kedua.
"Anak bapak lahir kembar tiga!"
"Wah hebat, saya bekerja di PT Tiga Roda anak saya lahir 3 orang"
Tak lama kemudian pria ketiga menangis tersedu-sedu, pria pertama dan kedua keheranan dan bertanya kenapa ia menangis
"Saya sedih karena saya nanti tidak akan sanggup menghidupi anak-anak saya secara layak, karena saat ini saya bekerja di PT Bintang Tujuh"
Hmm?

Humor dan hikmah
Takhayul merupakan salah satu kepercayaan yang tidak punya dasar logika yang jelas.
Takhayul membuat kita takut untuk hal tidak perlu, sedih untuk sesuatu yang tidak jelas, buang waktu untuk sesuatu yang tidak berguna.

Pria ketiga di kisah di atas takut dan sedih karena bekerja di bintang tujuh maka menduga anaknya lahir kembar 7, karena orang pertama kerja di dua kelinci anaknya lahir kembar dua, dan pria kedua kerja di tiga roda anaknya lahir kembar tiga. Padahal tidak ada logika yang berhubungan sekedar kebetulan.

Banyak takhayul muncul akibat kebetulan-kebetulan lalu di sistematisasikan dan diinformasikan secara turun temurun.

Takhayul membuat kita takut yang tidak perlu.
Kalau ditemplok cicak kita akan mati maka harus bunuh cicaknya.
Kalau mimpi ini akan terjadi ini, dsb.

Takhayul membuat kita sedih untuk hal yang tidak pasti,
kalau mimpi ini maka si anu meninggal, dsb.
Kalau dapat sapu tangan sebagai hadiah maka akan putus.

Takhayul akan membuat kita buang waktu.
kalau kita mau selamat kita harus mutar2 dahulu 7 kali.

Nah, kita banyak tugas.
Waktu tidak banyak.
Jadi jangan sia siakan energi dan waktu untuk sesuatu yang tidak jelas.
Lebih buruk lagi, takhayul adalah bagian dari syirik karena mengkhianati keimanan dan kecerdasan akal.
Sudah tidak berguna, masuk neraka. Sorry bo!

Mendefinisikan secara bijak, mahal dan murah. Belajar berpikir ala wirausahawan

Jika saya tanya pada Anda, Apakah mahal kalau naik ojek cuma 1 km bayarnya Rp 50.000 cuma 1 menit?
Jika saya tanya pada Anda, apakah mahal beli buku tipis hanya 10 halaman seharga Rp 100.000?
Apakah mahal ikut seminar senilai 1 juta hanya untuk beberapa jam?

Bagaimana jawaban Anda?
Pikirkan beberapa detik sebelum menjawab?
Sudah dipikir matang?
Apa jawaban Anda?

Apakah jawaban Anda: MAHAL..?
Jika jawaban Anda mahal, maka Anda harus berlatih lagi untuk lebih bijak mendefinisikan mahal dan murah. Sesekali perlu kita menggunakan kacamata wirausaha, kacamata enterpreneur atau sudut pandang pengusaha.

Apa jawaban yang bijak? TERGANTUNG!
Semua jawaban atas pertanyaan di atas tidak bisa langsung di jawab mahal atau murah tapi tergantung.
Tergantung apa?
Situasi atau kondisi, feed back - timbal balik, konsekwensi atau reward.

Misalnya, ojeg cuma satu km membayar Rp 50.000 padahal cuma 1 menit.
Padahal dalam kondisi tertentu justru karena cuma 1 menit itulah maka jadi mahal tetapi pantas dibayar.
Saya teringat jaman kampanye, ada menteri yang jadi juru kampanye lalu terhambat macet. Lalu ia mengejar waktu naik ojeg, tapi lupa bayar. Setelah akhirnya ketemu sang tukang ojeg ia membelikan tukang ojeg motor baru.
Kenapa? Apa tidak kemahalan?
Tidak bagi sang menteri, karena kalau tidak ketemu ojeg tersebut ia akan terlambat jadi pembicara, dan acara kacau dan partainya bisa marah, dan kerugiannya lebih besar.
Jadi hadiah yang dia berikan jauh lebih kecil dari resiko yang dia bayar.
Walaupun menurut saya gak perlu gitu-gitu amat. Tapi justru karena begitu menteri tersebut diliput berbagai media dan jadi popularitasnya meningkat.

Buku tipis seharga Rp 100.000?
Padahal buku lain tipis harganya cuma 10.000.
Bukan masalah bukunya tapi apa isinya.
Jika buku tipis itu isinya daftar inteljen yang menyamar mungkin nilainya bisa tak terhingga karena menyangkut kerahasiaan negara.
Jika itu isinya alamat penting untuk bisnis, maka akan mempermudah riset tahunan, dan jadi sangat murah.
Intinya, pebisnis tidak melihat berapa bahan bukunya.
Buat apa beli buku tebal murah kalau isinya tidak bermanfaat?
Jadi bukan bahan bukunya tapi bagaimana manfaatnya.

Bagaimana dengan seminar atau workshop senilai 1 juta beberapa jam?
Apakah mahal?
Tergantung.
Tung Dasem Waringin sampai jual sawah untuk ikut seminar Anthony Robin, habis puluhan juta. Tapi dari seminar tersebut ia bisa buat berbagai seminar dan bahkan kini, sekali saja seminar penghasilannya bisa mengganti semua tanah dan sawah yang pernah dijualnya.
Jadi apakah seminar puluhan juta mahal? Tung Dasem membuktikan itu tidak mahal karena semua balik modal dalam hitungan waktu yang cepat.
Jadi tergantung.

Jadi apa perbedaan cara pandang pengusaha dan cara pandang awam?
Perbedaaan pertama.
Orang awam melihat mahal dari kesanggupan bayar.
"Wah seminarnya mahal, saya tidak sanggup bayar!"
Ketika melihat harga, pengusaha melihat apa timbal balik yang di dapat dari harga itu.
Jika ia yakin bermanfaat untuk ke depannya, ketika tidak sanggup bayar, pengusaha mencari cara bisa membayarnya karena ia sadar akan mendapat manfaat lebih, bukan sekedar mengeluh.
"Seminarnya memang tinggi harganya, tapi setelah seminar ini saya mungkin bisa berpenghasilan 10 kali lipat dari biaya seminar tersebut!'
Jadi jatuhnya murah.

Misalnya setelah mengikuti workshop kepenulisan kami, ada dua buku dari peserta yang akan diterbitkan dan beberapa peserta dilibatkan dalam kepenulisan buku. Artinya potensi penghasilannya sudah menutupi biaya yang pernah dibayarnya.

Perbedaan kedua.
Orang awam melihat mahal dari perbandingan bahan material fisik.
"Misalnya buku ini sama-sama tipis kok yang ini mahal"
"Jadi pembicara cuma dua jam kok bayarnya 5 juta, padahal yang lain cuma 500 ribu?"
Pengusaha melihat dari esensi sekalipun non fisik.
"Buat apa bayar pembicara Rp 500 ribu per dua jam kalau gak ada ilmu tambahan, sama saja buang waktu!"
"Lebih baik buku tipis, yang ada manfaatnya daripada buku tebal yang tidak ada manfaatnya"
Jadi yang utama adalah manfaat bukan tebal tipisnya.

artikel ini hanya sekedar memberitahu, ada hal lain yang harus dilihat ketika menilai harga, jangan sekedar nominal?
Nominal sama sekali bukan hitungan yang tepat.

Jadi kalau Anda mau menilai mahal atau murah harus diperhatikan:
Apa manfaatnya? Apakah manfaatnya lebih dari yang dibayar?
Apakah harga tersebut bisa memberi potensi penghasilan lebih banyak?
Apa yang membedakan ini dengan yang lain sekalipun kelihatannya sejenis?
dari cara kita menilai akan terlihat seberapa kita bijak, dan seberapa kita bisa mengembangkan jiwa wira usaha kita.