Jumat, 12 November 2010

NO EXCUSE!

Ketika timnas sepakbola Uruguay dan timnas sepakbola Indonesia bertanding tgl 8 Oktober 2010 saya sengaja terburu-buru pulang kantor mengejar acara itu di televisi, ternyata tidak percuma saya menonton. Walaupun Indonesia kalah 1-7 tetapi saya tidak terlalu bersedih karena ada pelajaran yang bisa diambil.

Dalam pertandingan itu terlihat bahwa rata2 tinggi badan pemain Uruguay sama dengan rata2 tinggi badan pemain Indonesia. Artinya dibandingkan dengan pemain-pemain Eropa pemain Uruguay mempunyai kekurangan fisik yaitu pendek-pendek. Tetapi mengapa dalam Piala Dunia 2010 Uruguay berhasil menjadi semifinalis dan Indonesia tidak? Jangankan menjadi semifinalis lolos dari penyisihan Piala Dunia saja tidak pernah. Memang Indonesia ketika masih bernama Hindia Belanda tahun 1938 pernah ikut Piala Dunia tetapi pada saat itu belum ada babak penyisihan (kualifikasi) nya. Dalam sejarah bahkan tercatat, Uruguay pernah merebut Piala DUnia selama 2 kali, tahun 1930 ketika Piala Dunia pertama kali digelar dan tahun 1950.

Berarti kekurangan fisik tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak sukses. Pemain-pemain sepakbola Indonesia jangan menjadikan alasan tubuh yang pendek sebagai alasan untuk tidak berprestasi.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia seringkali mengeluh tentang kekurangan fisiknya. Terbukti, klinik operasi plastik, operasi silicon, sedot lemak, botox, aquapuntur, sangatlah laku, terutama di kota-kota besar. Artinya manusia tidak puas dengan keadaan fisiknya dan mau mengubahnya.

Dalam kehidupan sehari-hari juga kita lihat ada yang mengeluhkan kulitnya yang hitam dan menudingnya sebagai penyebab ketidaksuksesan dia, padahal penyanyi Anggun C. Sasmi dengan kulitnya yang hitam sangat disukai di Eropa, AMerika, dan Kanada.

Ada yang mengeluhkan hidung yang pesek dan menudingnya sebagai penyebab ketidaksuksesan, padahal pelawak Sule justru sangat terkenal dengan hidung peseknya dan sangat sukses.

Ada yang mengeluhkan keadaan fisiknya yang tidak bisa jalan, tidak punya tangan sebelah, tidak punya kaki sebelah, padahal Nick Vujivic yang tidak mempunyai tangan dan kaki bisa menjadi orang yang sukses dan menjadi pembicara di ribuan seminar. Franklin Delano Roosevelt yang terkena kelumpuhan (Guillan Barre Syndrome) bisa menjadi salah satu Presiden tersukses di Amerika, satu-satunya Presiden yang terpilih lebih dari 2 periode, dan menjadi Presiden yang sukses justru di saat krisis ekonomi dan Perang Dunia kedua.

SMART Goal

Goal yang SMART memiliki kriteria sebagai berikut:

A. SPECIFIC: Goal harus spesifik/tertentu

Mengapa goal harus jelas batasannya? Karena otak hanya akan mampu menjalankan perintah dengan baik, jika perintah yang diterimanya jelas. Otak seperti anak kecil yang masih polos, jika Anda meminta anak kecil untuk membelikan gorengan, tanpa banyak tanya ia langsung membeli pisang goreng atau tahu goreng atau kedua-duanya, padahal yang Anda inginkan adalah tempe goreng. Mengapa? Karena Anda memberikan perintah yang tidak jelas, yaitu membeli gorengan, bukan membeli tempe goreng. Akibatnya Anda gagal untuk mendapatkan dan menikmati tempe goreng.

Berikut saya suguhkan contoh goal yang tidak spesifik dan goal yang spesifik sebagai pembandingnya:
Goal Tidak Spesifik : "Saya ingin masuk universitas negeri favorit"
Goal yang spesifik : "Saya ingin lulus tes Ujian Masuk Undip
Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen"

Goal tidak spesifik : "Saya tidak ingin bekerja sebagai PNS"
Goal spesifik : "Saya ingin bekerja di Pertamina bagian pemasaran"

B. MEASURABLE: Goal harus terukur

Mengapa goal harus terukur? Goal harus terukur agar tindakan kita bisa termonitor dengan baik. Dengan adanya monitoring tindakan akan dapat diketahui mana yang efektif dan efisien untuk mencapai goal sehingga Anda hanya fokus untuk melakukan tindakan-tindakan yang efektif, yang mampu membawa Anda ke tujuan.

Berikut saya sajikan contoh goal yang tidak terukur dan yang terukur untuk lebih memperjelas bedanya.

Goal Tidak Terukur : "Saya ingin lebih kaya"
Goal terukur : "Saya ingin meningkatkan pendapatan menjadi 50 juta/bulan tahun depan"

Goal tidak terukur : "Saya ingin lebih sehat"
Goal terukur : "Saya ingin memiliki berat badan 65 kg 3 bulan dari sekarang.

Goal tidak terukur : "Saya ingin memiliki banyak anak
Goal terukur : "Saya ingin memiliki 6 anak"

C. ACHIEVABLE: Goal harus bisa dicapai

Goal yang tidak bisa dicapai atau mustahil akan menghentikan terjadinya tindakan karena akan sia-sia mencapainya. Namun, goal haruslah sesuatu yang menantang (cukup besar, mengilhami dan berharga untuk dicapai). Goal harus dapat dicapai agar mampu memicu adanya tindakan, karena bisa diwujudkan dengan perjuangan dan pengorbanan.

Contoh goal yang tidak dapat dicapai dan goal yang dapat dicapai sebagai berikut:

Goal Tidak Dapat Dicapai : "Aku ngin bisa terbang tanpa pesawat terbang dan alat lainnya"
Goal Dapat Dicapai : "Aku ingin terbang dengan menggunakan pesawat terbang".

Goal yang tidak dapat dicapai : "Aku ingin menyeberangi samudera pasifik dengan berenang".
Goal yang dapat dicapai : "Aku ingin menyeberangi samudera pasifik dengan menggunakan kapal".