Minggu, 18 April 2010

Bagaimana Islam Dalam Menjemput Jodoh

Kita tentu sudah tahu bahwa tidak boleh ada pacaran sebelum nikah dalam islam (pacaran=mengenal+mencicipi), tetapi islam memberikan beberapa jalan dalam proses kita mencari pasangan hidup kita. Selintingan yang sering kita dengar adalah “bagaimana kita akan mengetahui / mengenal jodoh kita jika tidak pacaran?”. Secara logika (asal tidak dicampuri hawa nafsu), perkenalan dapat dilakukan dengan TIDAK pacaran namun untuk lebih jelasnya kita dapat lihat keterangan-keterangan berikut ini.

1. Dalam mencari jodoh ingatlah, yang pertama menjadi pegangan kita yaitu firman ALLAH yang berbunyi “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula…” {QS: (24) An~Nur / 26}
Jadi kalau kita ingin mendapatkan yang terbaik kita juga harus berusaha menjadi yang terbaik lebih dahulu.

2. Tujuan mencari jodoh adalah untuk menjadi suami / istri kita. Jadi, menjemput jodoh dilakukan bila kita sudah SIAP LAHIR DAN BATIN untuk menikah (bagi ikhwan mungkin secara lahir sudah siap bekerja atau memiliki kemauan yang keras untuk bekerja / mencari nafkah). Jadi bagi yang masih konsen ingin sekolah jelas Prioritasnya belajar dulu donk, betul ga?


Kondisi menikah menjadi wajib apabila memang sudah saatnya (siap lahir-batin) dan tidak dapat lagi mengendalikan hawa nafsunya / dikhawatirkan dapat berbuat zina. Jadi tidak ada alasan sebenarnya bagi kita manusia untuk berbuat zina.. Nah… untungnya ada beberapa saran juga yang dapat dijadikan pegangan untuk mengendalikan hawa nafsu, terutama bagi mereka yang belum menikah. Yaitu:

1. Ingatlah bahwa cinta kepada Allah.SWT adalah cinta yang tertinggi (tidak ada cinta yang lebih tinggi bagi orang yang beriman di dunia ini selain cintanya kepada Allah, dari situ akan timbul perasaan dan kemauan yang keras untuk mentaati kemauan / perintah Allah). TAUHID MURNI.
2. Yakin bahwa Allah selalu mengawasi kita, dimanapun dan kapanpun kita berada. “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya . Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” {QS: 57 Al Hadiid / 4}
3. Puasa (Hadits Nabi SAW). Secara biologis lemas, sayang kalau tenaga yang ada/sisa digunakan untuk hal-hal yang maksiat, dan secara keimanan orang yang berpuasa akan lebih berusaha membuat dirinya menjaga pandangan dan kemaluanya karena ia tidak ingin puasanya sia-sia/ batal (hanya dapat lapar dan dahaga saja)
4. Tidur (daripada ber DOSA). Secara biologis nafsu yang ”berlebihan” akan ”diproses” secara alamiah (Maha Suci Allah), dan kita tidak perlu berpikir atau memintanya, cukup berdoa saja dengan baik sebelum tidur dengan tetap mengingat terutama saran nomor 1 & 2 diatas.
5. Kalau nafsu datang secara biologis tiba-tiba (bukan karena rangsangan dari luar/ keinginan kita) SADARILAH sebagai rahmatNya, sehingga MALU dan DOSA kalau kita melakukan maksiat atau berbuat dosa, ingatlah selalu aturan Allah.SWT, jangan berfikir instan/ gegabah. Setelah berfikir seperti ini biasanya nafsu tadi akan hilang.
6. Ditambah cara-cara lain seperti menyibukan diri dengan yang bermanfaat & berteman dengan yang soleh / solehah dsb supaya jangan sampai ada celah setan masuk ke dalam diri kita. Kita juga dapat membandingkan, kalau ada orang lain yang sedang dicoba oleh Allah jauh dari pasangan hidupnya saja masih dapat istiqomah menjaga aturanNya, kenapa kita tidak bisa?

Nah…setelah kita SIAP lahir dan batin baru usaha untuk menjemputnya. ^_^

A. Melalui saudara yang mahram. Misal, X (ikhwan) suka dengan Y (akhwat), Y memiliki teman yaitu adiknya X (sama-sama akhwat). Jika X suka Y, X dapat menanyakan tentang si Y melalui adiknya, begitupun sebaliknya jika Y suka pada X, Y dapat menanyakan biodata X pada temanya (adik si X).
B. Jika kalian mempunyai guru ngaji/pembimbing yang dapat dipercaya ke-islamanya seperti Murobi/Murobiyah, sampaikan keinginan kalian untuk mendapatkan jodoh seperti apa?. Misalkan akhwat menyampaikan pada Murobiyah, murobiyah sudah tau persis kelakuan, sifat, dan kemauan akhwat itu sendiri serta jodoh yang diinginkannya, sehingga akan berusaha mencari yang cocok & terbaik untuk akhwat tersebut, mungkin bisa melalui suaminya yang Murobi juga terhadap anak didiknya. Tahap berikutnya jika sudah ada akan dipertemukan dan pendekatan melalui komunikasi didampingi oleh murobi/murobiyah, jika cocok dan setuju berlanjut ke Orangtua & keluarga dan secepatnya menikah, karena kalau tidak cepat menikah akan sama dengan pacaran.
Jika tidak (cocok) hubungan dihentikan dengan etika baik pihak ahwat/ikhwan tidak memberi tahu temanya. Contoh: “setelah X&Y tidak cocok, X menceritakan pada orang lain tentang si Y, tentang kejelekanya dan penyebab kegagalanya berhubungan”, hal seperti itu tidak boleh dilakukan.
Catatan:
1. Sejak awal ada baiknya kita sudah bilang atau menyinggung sedikit kepada orang tua gambaran ikhwan/akhwat jodoh impian kita dan cara menjemputnya sehingga apabila sudah ketemu & cocok kita dapat dengan cepat menikahinya / Or-tu tidak kaget (tidak perlu proses lama untuk mengenalnya).
2. Sekilas mungkin tampak bahwa segalanya begitu cepat dari proses penjemputan jodoh hingga pernikahan, apakah hasilnya sudah pasti baik?. Itulah sebabnya mengapa firman ALLAH dalam surat An~nur ditaruh di awal, YAKINLAH pada Allah bahwasanya kita pasti akan mendapat yang terbaik jika kita juga sudah berbuat yang terbaik, apabila mendapat yang tidak baik pasti itu akan memberikan hikmah kepada kita.

Dan masih ada cara-cara lagi yang dibenarkan dalam islam seperti melalui orangtua atau siapapun yang berefrensi baik dan sudah paham tentang islam, sehingga cara dan orientasinya untuk menikahkan memang karena Allah.SWT. Yang terpenting pada saat proses mengenal jangan sampai menimbulkan dosa / membuat cemburu Allah.SWT (Allah Maha Melihat lho..) karena kita melanggar aturanNya, seperti berkhalawat / bertemu hanya berdua-an yang bukan mahramnya, tidak menjaga pandangan dan aurat serta banyak melakukan komunikasi yang tidak penting yang dapat mengotori hati.

Saudaraku, apapun definisi pacaran PASTI menimbulkan Hawa Nafsu, dan hawa nafsu itu hanya boleh disalurkan dengan lawan jenis setelah pernikahan, maka berhati-hatilah kita sebelum nikah. Ingatlah: bahwa untuk mencapai pintu neraka, jalanya dikelilingi oleh hal-hal yang penuh kenikmatan dan jalan untuk menuju pintu surga dikelilingi dengan hal-hal yang sulit / tidak enak jika kita tidak beriman.{Al-Hadits}.
Yang berhak menentukan hukumnya baik/buruk adalah Allah.SWT, bukan Hawa nafsu kita. Kita semua adalah milik-Nya dan hanya kepada Allah-lah akan kembali semuanya. Walaupun itu privasi sendiri tapi sebagai mahluk (sebenarnya hamba) Allah, kita wajib mengikuti Aturan Allah.
Yaa ALLAH, adakah aku ini hamba-Mu yang layak untuk merindui syurga-Mu ? tak terdaya rasanya menuju ke sana lantaran godaan syaitan & hawa nafsu. Aku mohon HidayahMu yaa Allah, aku mohon maafMu dan kekuatanMu. Astagfirullah hal azim…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar