Senin, 05 April 2010

Berdamai dengan Diri Sendiri

Ada banyak orang berkata, musuh satu terlalu banyak dibandingkan dengan seribu teman. Ya, dulu sewaktu kecil, saya sempat punya musuh, repotnya minta ampun. Kalau mau pergi, selalu menghindari jalan yang ada rumahnya musuh saya itu. Yang tadinya harusnya singkat jalannya, jadi memutar. Kalau ada kumpul-kumpul, jadi sungkan. Pokoknya jadi repot. Oleh karena itu, punya musuh sangat repot deh. Tidak punya musuh, banyak teman, membuat hidup ini terasa lebih ringan dan tanpa beban.

Namun, tak banyak orang menyadari bahwa ada satu musuh besar yang kadang tidak pernah kita sadari. Yaitu diri sendiri. Ketika akan melangkah membuka bisnis, tiba-tiba diri kita sendiri berkata, “Wah, jangan-jangan nanti usahanya bangkrut.” “Jangan-jangan nanti kena tipu orang.” Ketika kita mendapat tugas dengan satu target, tiba-tiba diri kita sendiri berkata. “Wah, nyampe ga ya target bulan ini? Sanggup ngga ya aku?” Atau ketika kita menjual suatu produk/jasa, “Wah, sudah 4 orang yang ditawari, kok pada ga mau ya?” Baru 4 orang yang ditawari semua menolak lalu serasa dunia sudah runtuh.

Rasul berkata, musuh terbesar kita adalah sebetulnya diri kita sendiri. Jihad yang paling besar adalah melawan hawa nafsu. Hawa nafsu disini bukan hanya berarti kemarahan yang meledak-ledak, tetapi juga nafsu untuk hidup bermalas-malasan, nafsu untuk gampang menyerah, nafsu untuk pasrah kepada keadaan tanpa ada usaha, dll.

Ada bahaya yang sangat besar kalau kita tidak bisa berdamai dengan musuh itu, alias tidak bisa berdamai dengan diri sendiri. Pertama yang sudah pasti adalah munculnya rasa ketidakpercayaan terhadap diri sendiri, selalu menyalahkan diri sendiri, aku memang orang yang tidak ada gunanya, tidak ada artinya, aku memang bukan siapa-siapa, dll. Bunuh diri adalah salah satu bentuk puncak dari rasa ketidakpercayaan diri akibat tidak bisa berdamai dengan diri sendiri.

Bisa pula orang tersebut menjadi tertutup, introvert, sering menyalahkan orang lain, sering menyalahkan keadaan, gemar ngomel, gemar mengkritik apa pun yang sebetulnya baik. Ada juga untuk menutupi kekurangannya tersebut, dia akan arogan merasa dirinya paling benar, paling lurus, yang lain pokoknya ga bener, cuma dia yang bener. Padahal, dalam hatinya dia merasa minder.

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak berdamai dengan dirinya. Biasanya akibat lingkungan, baik masyarakat atau pun keluarga di masa lalu. Ada seorang wanita yang begitu dingin tidak mau menikah, hanya gara-gara dia melihat ibunya sering disiksa oleh ayahnya sewaktu dia masih kecil. Traumatis berkepanjangan membuatnya dia takut untuk menikah. Atau bisa jadi seorang suami menjadi bertindak kasar terhadap istrinya karena mungkin menyimpan kepedihan melihat orang tuanya yang bertengkar terus. Atau bisa jadi seseorang menjadi minder dan menyalahkan dirinya sendiri karena sejak kecil tidak pernah diberi kepercayaan dan motivasi, selalu disalahkan dan menjadi sasaran omelan lingkungan sekitarnya misalnya.

Tidak gampang memang untuk bisa berdamai dengan diri sendiri, mengerti diri sendiri, mengakui kelemahan dan kekurangan diri sendiri. Beberapa orang butuh waktu yang panjang dan usaha yang keras untuk dapat berdamai dengan dirinya sendiri. Saya adalah salah satu orang yang belasan tahun hidup dalam ketidakdamaian, ketertekanan, hidup dalam bayangan orang lain. Bersyukur, satu hari Tuhan mengirim seseorang yang boleh saya sebut malaikat yang menolong saya untuk bisa berdamai dengan diri saya sendiri. Bahkan malaikat itu Tuhan kirim kepada saya dari agama yang berbeda. Luar biasa, kehidupan menjadi begitu ringan dan terasa lebih indah.

Kalau memang saya cacat..? So what? Banyak orang cacat di dunia ini yang menjadi orang berhasil. Thomas Alva Edison ternyata cacat pendengarannya, tetapi menjadi orang hebat sepanjang jaman. Saya memang tidak ada apa-apanya dibandingkan orang lain, tetapi saya juga punya kelebihan lain yang orang lain tidak punya. Setiap orang, diciptakan Tuhan dengan segala kelebihannya. Bahkan untuk seorang Nick Vujicic yang bisa anda lihat fotonya di atas. Nick terlahir tanpa tangan dan kaki. Dia sempat beberapa kali mau bunuh diri karena merasa hidup ini tak ada gunanya. Tapi setelah dia bisa berdamai dengan dirinya sendiri, menerima apa adanya dirinya sendiri, hidupnya berubah 180 derajat. Kini ia menjadi milyarder karena memiliki investasi di beberapa bisnis. Hidupnya kini keliling dunia untuk terus membagikan semangat dan motivasi kepada seluruh dunia. Di setiap seminar yang menghadirkan Nick Vujicic, selalu dipadati orang yang ingin mendapatkan inspirasi dari cerita Nick. Hebatnya, hampir semua pendapatannya yang didapat dari seminar-seminar tersebut dia sumbangkan untuk aksi sosial, membantu gereja, membantu orang lain, dll.

Jadi teman-teman, berdamailah dengan diri sendiri, terima apa yang Tuhan berikan kepada kita dengan ikhlas. Bahkan apa pun yang mungkin kita anggap pahit, kita harus ikhlas menerimanya. Kalau kita menerima perlakuan yang tidak enak dari keluarga kita sendiri, dari teman, dari atasan, itu masih belum seberapa penderitaannya dibandingkan dengan Nick Vujicic. Terimalah diri kita apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jangan minder karena kekurangan kita sendiri, dan juga jangan tinggi hati karena kelebihan diri kita sendiri, karena bisa jadi kelebihan kita justru adalah kelemahan buat orang lain.

Wallahu alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar